Matahari merupakan salah satu sumber kehidupan manusia di Bumi. Di Bumi ini, tidak semua daerah atau wilayah bisa selalu terkena sinar matahari, seperti satu kota yang berada di Norwegia, yakni Kota Rjukan.
Kota Rjukan, warganya yang berjumlah 3500 jiwa ini bisa melihat matahari tapi mereka tidak dapat merasakan sinarnya. Kota ini tidak bisa ditembus oleh sinar matahari, disebabkan karena kota ini tepat berada di lembah kaki Gunung Gaustatoppen. dikelilingi oleh pegunungan dan lereng-lereng yang sangat curam. Hasilnya kota mereka selalu gelap meskipun sesungguhnya matahari sedang bersinar terik.
Fenomena ini berlangsung untuk waktu yang cukup lama, sampai akhirnya masyarakat di kota ini berhasil menciptakan mataharinya sendiri untuk menerangi kota.
Sebuah cermin raksasa berukuran 17 meter persegi diciptakan pada tahun 2013 oleh seseorang bernama Martin Andersen, dandiletakan di atas lereng gunung setinggi 450 meter, dibuat menggunakan metode heliostat, dengan biaya sebesar 8 miliar rupiah, seperti yang dilansir dari laman travel.tribunnews.com, Minggu (21/1/2018).
Metode Heliostat adalah cara untuk memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangan, namun tidak bisa mengkonversi panas menjadi energi listrik.
Cermin ini bisa menerangi kota seluas 600 meter persegi. Meski sudah mendapat pantulan cahaya matahari, tetap saja suasana kotanya sedikit gelap. Tapi setidaknya penduduk kota ini bisa merasakan cahaya matahari meskipun dari pantulan saja.
Kita di Indonesia, sudah seharusnya Kita bersyukur karena bisa merasakan kehadiran sinar matahari setiap harinya. Kita jauh lebih beruntung dibanding mereka.
Bagaimana jika anda berada di daerah yang sangat jarang terkena sinar matahari? Apa yang akan anda lakukan? Anda mungkin akan merasakan suhu yang dingin setiap hari dan hanya bisa sesekali melihat cahaya matahari.
EmoticonEmoticon